Transistor merupakan sebuah penemuan yang berhasil mengubah wajah dunia. Transistor adalah alat semikonduktor yang dipakai sebagai penguat,
sebagai sirkuit pemutus dan penyambung (switching), stabilisasi
tegangan, modulasi sinyal atau sebagai fungsi lainnya. Transistor dapat
berfungsi semacam kran listrik, dimana berdasarkan arus inputnya (BJT)
atau tegangan inputnya (FET), memungkinkan pengaliran listrik yang
sangat akurat dari sirkuit sumber listriknya.
Di
pertengahan 1940-an sekelompok ilmuwan yang bekerja di Bell Telephone
Labs di Murray Hill, New Jersey, merintis penemuan divais untuk
menggantikan teknologi tabung hampa (vacuum tube) saat itu. Tabung hampa
menjadi satu-satunya teknologi saat itu untuk menguatkan sinyal atau
sebagai saklar dalam elektronika. Masalahnya ialah tabung hampa sangat
mahal, mengkonsumsi banyak daya listrik, panas, dan tak-relieable,
sehingga perlu perawatan ekstra. Adapun para ilmuwan tersebut adalah:
1. Walter Houser Brattain (10 Februari 1902 - 13 Oktober 1987)
Walter H. Brattain lahir di Amoy, Cina, pada tanggal 10 Februari 1902,
putra R. Ross Brattain dan Ottilie tag. Ia menghabiskan masa kecil dan
remaja di Negara Bagian Washington dan menerima gelar BS Gelar dari
Whitman College pada tahun 1924. Ia dianugerahi gelar MA oleh University
of Oregon pada tahun 1926 dan Ph.D. gelar oleh University of Minnesota
pada tahun 1929.
Dr Brattain menerima kehormatan Doctor of Science dari Portland
University pada tahun 1952, dari Whitman College dan Union College pada
tahun 1955, dan dari University of Minnesota pada tahun 1957. Pada tahun
1952 ia dianugerahi Stuart Ballantine Medal dari Institut Franklin, dan
pada tahun 1955 John Scott Medal. Tingkat di Union College dan dua
medali diterima bersama-sama dengan Dr John Bardeen, sebagai pengakuan
atas pekerjaan mereka pada transistor.
2. John Bardeen (23 Mei 1908-30 Januari 1991)
John Bardeen ialah ilmuwan Amerika Serikat yang
menerima Penghargaan Nobel dalam Fisika 2 kali, yakni pada tahun 1956
dan 1972. Dilahirkan di Madison, Wisconsin, ibunya ialah desainer
interior dan ayahnya ialah guru besar kedokteran. Sejak kecil ia cerdas
dan diizinkan loncat kelas 4 tahun di SD.
Setelah sekolah tinggi, ia belajar di Universitas Madison, mendapat gelar bachelor dalam teknik elektro. Ia mengambil pendidikan singkat untuk magang di Western Electric Company di Chicago. Setelah lulus, John
Setelah sekolah tinggi, ia belajar di Universitas Madison, mendapat gelar bachelor dalam teknik elektro. Ia mengambil pendidikan singkat untuk magang di Western Electric Company di Chicago. Setelah lulus, John
menjadi asisten riset sarjana dan bekerja dengan Leo Peters dalam geofisika dan gelombang radio.
3. William Bradford Shockley (lahir di London, Inggris, Britania
Raya, 13 Februari 1910 – meninggal di Stanford, California, Amerika
Serikat, 12 Agustus 1989 pada umur 79 tahun)
William Bradford Shockley dilahirkan di London dari orang tua Amerika Serikat yang berada di
Inggris selama bebberapa tahun untuk urusan bisnis. Ayahnya adalah
insinyur pertambangan dan ibunya wakil surveyor federal untuk tanah
mineral. Mereka kembali ke Kalifornia saat William masih balita.
Minatnya dalam sains tumbuh sejak dini, melalui profesi orangtuanya dan
tetangganya yang mengajar fisika di Stanford. Ia lulus dari CalTech pada
1932 dan menerima PhD dari MIT pada 1936.
Ia mulai bekerja di Laboratorium Bell. Penelitiannya dalam fisika benda padat, khususnya tabung vakum, membuat banyak kemajuan teoretis dalam tujuan perusahaan untuk menggunakan tombol elektronik untuk kantor telepon sebagai pengganti tombol mekanik yang masih dipakai sampai saat itu. Selama PD II, Shockley bekerja untuk proyek militer, khususnya memperhalus sistem radar. Begitu perang berakhir, ia kembali meneliti benda padat, kini mengamati semikonduktor.
Ia mulai bekerja di Laboratorium Bell. Penelitiannya dalam fisika benda padat, khususnya tabung vakum, membuat banyak kemajuan teoretis dalam tujuan perusahaan untuk menggunakan tombol elektronik untuk kantor telepon sebagai pengganti tombol mekanik yang masih dipakai sampai saat itu. Selama PD II, Shockley bekerja untuk proyek militer, khususnya memperhalus sistem radar. Begitu perang berakhir, ia kembali meneliti benda padat, kini mengamati semikonduktor.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar